Kamis, 28 Agustus 2008

BETLEHEMNYA "BALI"


Paroki Tuka Bethlehem dari Bali.


Menurut catatan sejarah perkembangan Gereja Paroki Tri Tunggal Maha Kudus Tuka dibangun dengan diawali peletakan batu pertama oleh P Y Kersten, SVD pada tahun 1936 kemudian diresmikan oleh P. Simon Buis pada tanggal 14 Pebruari 1937 menjadi cikal bakal berdirinya gereja-gereja di daerah Bali.
Gereja ini menjadi yang pertama dan tertua di Bali, yang menginspirasi berkembangnya gereja-gereja lain di Bali. Gereja mengalami banyak perubahan dari sejak didirikan dan sempat dibakar pada saat perang dunia II sekitar tahun 1945, memiliki karakter arsitektur Bali. Banyak unsur budaya Bali diadopsi, seperti penggunaan gerbang angkul-angkul serta bentuk gereja menyerupai wantilan, yaitu ruang terbuka dengan atap dan tiang-tiang, tanpa dinding, yang biasa dipakai masyarakat Bali untuk pelaksanaan suatu acara.
Dari Tuka, ajaran Katolik berkembang ke Dalung, Padang Tawang, Babakan, Tibubeneng, Kulibul, Buduk, dan Tangeb, Abianbase, Cemagi, Sading.
Salah satu kekhasan dan corak khas Gereja Tuka adalah umat tetap memegang teguh budaya setempat. Gamelan Bali mengiringi koor Paroki Tuka Menjadi orang Katolik bukan berarti meninggalkan kebaliannya, kebudayaannya sebagai orang Bali asli. Maka Gereja Tuka memiliki seperangkat gamelan dan penabuh yang tergabung dalam Sekaa Gong Bakti Budaya dibawah pimpinan Bapak Alex Nyoman Gunarsa. Sekaa Gong ini telah banyak kali melayani para tamu dari Pusat Gereja Katolik Roma maupun para Uskup, Romo dan umat beriman dari manca negara. Kini umat berkembang dan mereka tetap memegang teguh budaya Bali agar tetap terpelihara keajegan Bali.
Sejak diresmikan hingga kini, karya pelayanan pun berkembang. Sekolah, klinik dan Panti Asuhan didirikan untuk melayani masyarakat tanpa melihat latar belakang agama dan budaya. Seminari pun didirikan di desa ini (lihat sejarah berdirinya Seminari Tuka). Dari daerah ini pula muncul biarawati pertama di Bali, Ni Wayan Rika, pada tahun 1958 masuk tarekat religius OSF menjadi Suster Maria Hubertine OSF.
Tahun 1969, bertempat di Paroki Roh Kudus Babakan, P. Servatius Subhaga SVD, putra Tuka, ditahbiskan menjadi imam pertama asli Bali.Berdirinya Seminari Tuka Pada tgl 9 Juli 1949, Misionaris P.N. Shadeg, SVD bersama rekannya P. Joseph Flaska, SVD diutus menjadi misionaris di pulau Bali. Pada tgl 9 Juli 1953, P. N. Shadeg, SVD mendirikan sebuah lembaga Seminari Kecil (tingkat SLTP) di dusun Tangeb, 15 km dari Denpasar. P. N. Shadeg, SVD dengan susah payah melalui perjuangan melawan tantangan dari pemuda rakyat yang berhaluan komunis dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap usaha Misi Gereja membangun Seminari kecil di Tangeb.
Meski demikian P. N. Shadeg tetap gigih berjuang membangun Seminari kecil di Pulau Bali ini. Oleh karena itu, selama 3 tahun berusaha akhirnya muncul gagasan baru dari Mgr. Hermens dan P. N.Shadeg, SVD untuk memindahkan Seminari kecil dari Tangeb ke Tuka.Tepat pada hari raya Kristus Raja Semesta Alam, tgl 28 Oktober 1956, Seminari itu beridiri di daerah dusun Tuka. Tujuan awal dari para misionaris mendirikan Seminari Kecil di P. Bali ini adalah agar lahirlah imam-imam pribumi dari pulau dewata Bali.
Hal itu ditegaskan oleh P. Simon Buis, SVD, Di Seminari inilah putera putera Bali disemaikan agar memiliki semangat hidup demi Kerajaan Allah.Demikianlah para misionaris telah mengawali karya Allah di kebun anggurNya, kini sudah sekitar seribuan anak seminari yang menjadi alumni dari Seminari Menengah Roh Kudus Tuka. Waktu berjalan dengan pesat hingga tahun 1969 telah lahir imam pribumi P. S. Subhaga, SVD imam pribumi pertama yang ditahbiskan di Paroki Babakan. Jelas ini merupakan suatu bukti bahwa Gereja akan berakar dalam budaya setempat jika lahir imam imam pribumi.

1 komentar:

jalani kehidupan dengan cinta mengatakan...

blOgMu IsIne Y aPiK Gtu

BknE Km xg LuWeH ApIK daDi RomO

TruZZZZZ BerKarYa BaGI TUhaN Y.....

FrOM: KorNeL X-1/20